Di Antara Tanda Diterima dan Tertolaknya Amalan

2 menit baca
Di Antara Tanda Diterima dan Tertolaknya Amalan
Di Antara Tanda Diterima dan Tertolaknya Amalan

Begitulah kehidupan di dunia ini, di mana setiap orang berusaha melakukan yang terbaik untuk memperoleh keberkahan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Berbagai amalan yang dilakukan di dalam hidup ini. Ada tanda diterima dan ada pula tanda tertolaknya amalan tersebut.

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan bahwa,

من عمل طاعة من الطاعات وفرغ منها فعلامة قبولها أن يصلها بطاعة أخرى علامة ردها أن يعقب تلك الطاعة بمعصية

“Seseorang yang melakukan suatu ketaatan dan telah selesai darinya, maka tanda diterimanya ketaatan tersebut adalah dia melanjutkannya dengan ketaatan yang lain. Dan tanda tertolaknya amalan tersebut adalah dia mengiringi ketaatan itu dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala.” [Lathoiful Ma’arif 1/244]

Namun, yang lebih memilukan adalah ketika seseorang mengiringi ketaatan tersebut dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Tanda tertolaknya amalan tersebut adalah ketika seseorang melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala, namun diiringi dengan perbuatan maksiat.

Hal ini menunjukkan bahwa amalan yang dilakukan belum sepenuhnya ikhlas dan masih diiringi oleh nafsu yang kurang terkontrol. Sehingga, kemaksiatan tersebut dapat merusak amalan yang telah dilakukan dan bahkan dapat membuat amalan tersebut tidak diterima oleh Allah Ta’ala.

Begitulah keadaan di antara tanda diterima dan tertolaknya amalan. Kita sebagai hamba Allah Ta’ala harus selalu berusaha melakukan ketaatan dengan sebaik-baiknya dan menghindari kemaksiatan. Karena hanya dengan melakukan ketaatan secara ikhlas dan benar-benar mengharapkan keberkahan dari Allah Ta’ala, kita dapat memperoleh tanda diterima amalan di sisi-Nya. Sebaliknya, jika kita melakukan ketaatan dengan disertai kemaksiatan, kita hanya akan merusak amalan yang telah kita lakukan dan bahkan membuatnya tidak diterima oleh Allah Ta’ala.

Oleh karena itu, mari kita selalu berusaha untuk mengikuti jejak para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu berusaha melakukan ketaatan dengan sebaik-baiknya dan menghindari kemaksiatan. Kita harus selalu ingat bahwa kehidupan ini hanya sementara dan yang akan membawa kita ke surga adalah amalan-amalan yang ikhlas dan benar-benar mengharapkan keberkahan dari Allah Ta’ala. Semoga kita selalu diberikan kekuatan dan keikhlasan untuk melakukannya. Aamiin.

Abu Ubay Afa

“Perbanyaklah kalian mengingat kepada sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut.” (HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

Kirim Pertanyaan