Hati-hati Cinta Kedudukan!

2 menit baca
Hati-hati Cinta Kedudukan!
Hati-hati Cinta Kedudukan!

Cinta kedudukan atau ambisi terhadap jabatan dan status di masyarakat sering kali menjadi godaan yang lebih sulit dihindari dibandingkan dengan keinginan terhadap harta dunia. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah menegaskan bahwa menjaga diri dari cinta kedudukan membutuhkan usaha yang lebih besar dibandingkan dengan menjaga diri dari kecintaan terhadap kekayaan materi.

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata,

وَاحْذَرْ حُبَّ الْمَنْزِلَةِ فَإِنَّ الزَّهَادَةَ فِيهَا أَشَدُّ مِنَ الزَّهَادَةِ فِي الدُّنْيَا

“Hati-hatilah kamu terhadap cinta kedudukan, karena sesungguhnya zuhud terhadap kedudukan lebih berat daripada zuhud terhadap dunia.” Hilyatul Auliya 6/387

Kedudukan dan status sosial sering kali memberikan kekuasaan, pengaruh, dan kehormatan di mata orang lain. Namun hal ini dapat menyebabkan seseorang lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu mencari ridha Allah dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Ambisi yang tidak terkendali terhadap kedudukan bisa menjadikan seseorang mudah terjerumus dalam kesombongan, kezaliman, dan perilaku tidak terpuji lainnya.

Sikap zuhud atau menjauhkan diri dari kecintaan terhadap kedudukan bukan berarti menolak tanggung jawab atau andil penting dalam bermasyarakat. Zuhud dalam hal ini berarti menjaga hati agar tidak terikat dengan ambisi kedudukan dan memastikan bahwa niat kita ikhlas untuk kebaikan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Maka ambisi terhadap kedudukan adalah ujian yang berat, dan menjaga diri darinya lebih sulit daripada menjaga diri dari kecintaan terhadap harta dunia. Lihatlah bagaimana para pendahulu kita yang saleh dari kalangan shahabat atau generasi ulama setelahnya.

Mereka enggan untuk menjabat kedudukan sebagai hakim atau qadhi. Padahal mereka diminta bahkan dipaksa oleh pengusaha kaum muslimin saat itu. Namun mereka lebih memilih untuk menghindar dan bahkan mengasingkan diri. Sementara mereka adalah orang-orang yang sangat bertakwa kepada Allah Ta’ala dan berilmu.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu introspeksi dan fokus pada tujuan utama kita, yaitu meraih ridha Allah ﷻ bukan pangkat dan kedudukan dunia yang fana ini. Allahu a’lam

Abu Hanan Faozi

“Barang siapa yang keluar (rumah) untuk mencari ilmu maka dia termasuk orang yang berada di jalan Allah sampai dia pulang.” HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

  • Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan pandangan yang mendalam mengenai hakikat musibah. Beliau menegaskan bahwa musibah yang sejati adalah yang menimpa...
  • Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang seseorang mendapatkan doa kejelekan dari orang lain, baik karena perselisihan, iri hati, atau sebab...
  • Ja’far ath-Thohawi rahimahullah menyatakan, فالعلمُ غنًى بلا مال وعزٌّ بلا عشيرة وسلطانٌ بلا رجال. “Ilmu agama adalah kekayaan tanpa...
  • Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: أصل كل خير توفيق الله و مفتاحه الدعاء “Sumber segala kebaikan adalah taufik dari Allah...
  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, أن كفر الكافر نعمة في حق المؤمنين فإنه لولا وجود الكفر والفسوق والعصيان...
  • Syaikh Muhammad bin Nashirudin al-Albani rahimahullah menyatakan, ”كثيراً ما تقع المقاطعة والمصارمة مما يخطر في بال الإنسان من الظنون...

Kirim Pertanyaan