Mencela Ahli Bid’ah Setelah Kematiannya

2 menit baca
Mencela Ahli Bid’ah Setelah Kematiannya
Mencela Ahli Bid’ah Setelah Kematiannya

Dalam konteks ajaran Islam, upaya menjaga kesantunan dan hormat terhadap orang yang telah meninggal dunia adalah suatu nilai yang sangat dijunjung tinggi. Imam an-Nawawi, seorang ulama terkemuka, menjelaskan pandangan yang berkaitan dengan mencela orang yang telah meninggal, terutama mereka yang terlibat dalam bid’ah atau kepercayaan sesat. Dalam kitabnya “Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim,” Imam an-Nawawi mengemukakan pandangan yang mendalam tentang masalah ini. Beliau mengatakan,

“النهي عن سب الأموات هو في غير المنافق وسائر الكفار وفي غير المتظاهر بفسق أو بدعة فأما هؤلاء فلا يحرم ذكرهم بِشَرّ؛ للتحذير من طريقتهم ومن الاقتداء بآثارهم.”

“Larangan untuk mencela mayit adalah berlaku pada selain orang munafik, kafir dan orang yang terang-terangan melakukan kefasikan atau bid’ah.

Adapun mereka (yang disebutkan di atas), maka tidaklah haram menyebutkan keburukan mereka. Untuk memperingatkan umat dari jalannya mereka dan agar tidak mengikuti jejak mereka.” [Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 7/20]

Secara syar’i memang ada larangan dalam Islam untuk mencela orang yang telah meninggal. Namun, larangan ini memiliki beberapa pengecualian. Orang-orang yang diperbolehkan untuk dicela setelah kematian mereka adalah orang munafik, kafir, atau orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan kefasikan atau bid’ah. Dalam kasus-kasus ini, menyebutkan keburukan mereka tidak dianggap haram.

Imam an-Nawawi menegaskan bahwa tujuan dari menyebutkan keburukan mereka bukanlah untuk menjelek-jelekan atau meremehkan, tetapi untuk memberikan peringatan kepada umat agar tidak mengikuti jejak buruk yang mereka tinggalkan. Dalam pandangan ini, menyebutkan perbuatan bid’ah atau kefasikan seseorang yang telah meninggal adalah bagian dari tanggung jawab untuk menjaga kesucian ajaran agama dan melindungi umat dari penyesatan. Allahu a’lam

Abu Abdillah Dendi

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Lainnya

  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, إذا أحَبَّ اللهُ عَبْداً: اصْطَنعَهُ لنَفسِهِ وَ اجْتَبَاهُ لِمحبَّتِهِ وَ اسْتَخلَصَهُ لِعبَادَتِهِ؛ فَشَغَلَ هَمَّهُ...
  • Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah menyatakan, أن إنزال المطر بقدر ما يحتاج إليه العباد رحمة منه تعالى فإذا...
  • Abdul Aziz al-Baghdadi rahimahullah menyatakan, أولَى الناس بالصحبَة مَن وافَقَكَ في السنة ، ولاَ تَصحَب مَن خَالفَكَ في السنة...
  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “الأعمال لا تنتهي بانتهاء مواسمها ، وإنما تنتهي الأعمال بانتهاء الأجل.” “Berbagai...
  • Dari ibunda kita Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bahwasanya beliau berkata, «يا رسولَ اللهِ، ألَا تُعَلِّمُني دَعوةً أَدْعو بها لِنَفسي؟...
  • ? Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ta’ala mengatakan, “Begitu banyak orang terbawa semangat untuk memberikan hukuman sebelum pengajaran. Contohnya ketika...

Kirim Pertanyaan