Mulia Dengan Kembali Kepada Kebenaran

2 menit baca
Mulia Dengan Kembali Kepada Kebenaran
Mulia Dengan Kembali Kepada Kebenaran

Ketika kita berbicara tentang kebenaran, Syaikh Muhammad Ibnu Shalih al-Utsaimin rahimahullah memberikan sebuah prinsip yang penting kepada kita. beliau berkata,

والواجب أن يرجع الإنسان للحق حيثما وجده حتى لو خالف قوله فليرجع إليه فإن هذا أعز له عند الله وأعز له عند الناس، و أسلم لذمته

“Wajib bagi seseorang untuk kembali kepada kebenaran dimanapun dia menemukannya. Bahkan walaupun bertentangan dengan pendapatnya, maka dia harus kembali kepadanya. Karena ini lebih mulia disisi Allah dan disisi manusia serta lebih aman untuk tanggung jawabnya.”[Syarah Riyadhis Shalihin 396]

kewajiban untuk kembali kepada kebenaran, di mana pun dan bagaimanapun kita menemukannya. Dalam syarahnya tentang Riyadhis Shalihin, beliau menegaskan bahwa walaupun kebenaran itu bertentangan dengan pendapat seseorang, maka itulah yang harus diikuti.

Ketika seseorang menemukan kebenaran, tetapi itu bertentangan dengan keyakinannya atau pandangan pribadinya, kembali kepada kebenaran adalah tindakan yang mulia. Sebagaimana disebutkan bahwa

الحق ضالة المؤمن

“Kebenaran adalah obyek pencarian seorang mukmin.”

Selain karena hal tersebut adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala namun juga karena hal tersebut menjadikan seseorang lebih mulia di hadapan manusia. Ketika seseorang memiliki keberanian untuk mengakui dan mengikuti kebenaran, meskipun sulit atau bertentangan dengan keinginannya sendiri, hal itu menunjukkan komitmen yang tinggi dan kejujuran yang tulus seseorang hamba dalam beriman dan bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Kembali kepada kebenaran juga membawa keamanan seseorang dari kerancuan dalam beragama. Ketika seseorang mengabaikan kebenaran demi mempertahankan pendapatnya sendiri, itu dapat membawa dirinya kedalam keraguan dan kesesatan dalam beragama. sehingga menerima kebenaran adalah tindakan yang sangat mulia dihadapan Allah Azza wa Jalla.

Dalam perjalanan hidup ini, kita akan terus dihadapkan pada pilihan antara hawa nafsu dan kebenaran yang sesungguhnya. Namun, dengan prinsip seperti yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Ibnu Shalih al-Utsaimin rahimahullah, kita dituntut untuk memilih kebenaran, meskipun sulit atau bertentangan dengan keinginan kita sendiri. Kembali kepada kebenaran bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga tindakan yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan manusia. Allahu a’lam

Abu Hanan Faozi

“Barang siapa yang keluar (rumah) untuk mencari ilmu maka dia termasuk orang yang berada di jalan Allah sampai dia pulang.” HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

  • Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah, “Sesungguhnya darah yang keluar dari manusia tidaklah najis kecuali darah yang keluar...
  • Penyembelihan hewan kurban telah menjadi bagian penting dalam agama Islam selama berabad-abad. Setiap tahun, umat Muslim di seluruh dunia...
  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “فإن ما مضى لايدفع بالحزن بل بالرضى والحمد والصبر و الإيمان بالقدر” “Sesungguhnya apa...
  • Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah berkata, ‏إخراجُ العُصاةِ من المعصية إلى البدعة، لا يُسمَّى هداية؛ فالبدعةُ شرٌّ من المعصية، والعاصي...
  • Dari Abdullah bin Qurth radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إنَّ أعظمَ الأيَّامِ عندَ اللَّهِ تبارَكَ وتعالَى...
  •   Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “ما يفعله الولد الصّالح من الأعمال الصّالحة فإنّ لوالديه مثل أجره ، دون أن...

Kirim Pertanyaan