Ramadhan Sebagai Saksi Amal

2 menit baca
Ramadhan Sebagai Saksi Amal
Ramadhan Sebagai Saksi Amal

Bulan Ramadhan dalam agama Islam bukan sekadar waktu puasa semata, tetapi juga merupakan waktu yang penuh dengan berkah dan kebaikan. Al-Allamah al-Muallimi al-Yamani rahimahullah mengatakan,

‌‏قد انقرض رمضان شاهدا عدلا، وحافظا فصلا، يشهد للإنسان وعليه، بما استودعه لديه. فطوبى لمن غلبت فيه حسناته سيئاته، وبؤسى لمن غلبت سيئاته حسناته فكيف بمن لم يكسب من الحسنات نقيرا

“Bulan ramadhan telah usai sebagai saksi yang penuh dengan keadilan dan penjaga lagi pemisah, ia akan memberikan persaksian untuk manusia atas amal kebaikan dan amal keburukan yang telah ditinggalkan disisinya.

Oleh karenanya, bergembiralah orang yang kebaikan-kebaikannya menggungguli keburukannya dan merugilah orang yang keburukannya justru menggungguli kebaikan-kebaikannya, lalu bagaimana kiranya dengan seseorang yang tidak beramal kebaikan sama sekali?” [Atsarul Mualimi al-Yamani 22/87]

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bulan Ramadhan tidak hanya menjadi sebuah momentum untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga waktu di mana setiap tindakan baik atau buruk yang dilakukan oleh manusia akan menjadi catatan yang dihadapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam konteks ini, Ramadhan adalah saksi yang akan memberikan persaksian atas amal baik dan buruk yang telah dilakukan oleh setiap hamba.

Al-Allamah al-Muallimi al-Yamani rahimahullah juga menegaskan bahwa Ramadhan menjadi momen penting bagi manusia untuk merefleksikan kebaikan dan keburukan dalam diri mereka. Bagi mereka yang kebaikan-kebaikannya mengungguli keburukannya, Ramadhan menjadi waktu yang membawa kegembiraan dan keberkahan. Namun, bagi yang keburukannya justru lebih dominan, Ramadhan menjadi saat yang mengecewakan dan penuh dengan kegagalan.

Hal ini juga mengingatkan bahwa tidak melakukan amal baik sama sekali di dalam Ramadhan merupakan kerugian yang sangat besar. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang merefleksikan amal perbuatan kita, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Allahu a’lam

Abu Ammar Ahmad

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Lainnya

Kirim Pertanyaan