Menjaga Lisan Pangkal Keselamtan

2 menit baca
Menjaga Lisan Pangkal Keselamtan
Menjaga Lisan Pangkal Keselamtan

Ibnu Hazm rahimahullah menyatakan,

“ما أجمل الصمت في القضايا الحساسة ؛ فكم شاهدنا ممن أهلكه كلامه ولم نر قط أحداً بلغنا أنه أهلكه سكوته.”

“Duhai indahnya diam dalam masalah-masalah yang sensitif. Betapa seringnya kami menyaksikan orang yang binasa karena ucapannya. Namun kami belum pernah melihat sama sekali seseorang yang binasa karena sikap diamnya.” [Ar-Rasail 402]

Pernyataan Ibnu Hazm ini mencerminkan pentingnya menjaga lisan sebagai pangkal keselamatan dalam kehidupan kita. Dalam era di mana komunikasi telah menjadi begitu mudah melalui berbagai platform, terkadang kita melupakan betapa berbahayanya kata-kata kita jika tidak digunakan dengan bijak.

Pertama-tama, Ibnu Hazm menggarisbawahi keindahan diam dalam masalah-masalah yang sensitif. Terlalu sering, orang merespon situasi yang sensitif dengan kata-kata yang kasar atau tidak terpikirkan. Ini dapat menyebabkan konflik, kebingungan, atau bahkan kerugian yang tidak perlu. Sebagai contoh, dalam permasalahan muamalah, banyak individu terjebak dalam berbicara tanpa memikirkan konsekuensi kata-kata mereka. Dalam situasi-situasi seperti ini, diam dan menahan diri bisa menjadi pilihan yang lebih bijak.

Kedua, Ibnu Hazm mengingatkan kita tentang bahaya ucapannya. Kata-kata memiliki kekuatan besar. Mereka dapat membangun atau merusak hubungan, mengubah pandangan orang, atau bahkan memicu tindakan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, menjaga ucapannya adalah tindakan yang bijak. Sebelum berbicara, kita sebaiknya selalu berpikir, mempertimbangkan dan bertanya pada diri sendiri apakah kata-kata kita akan membawa manfaat atau bahaya.

Ketiga, Ibnu Hazm menekankan bahwa belum pernah ia melihat seseorang yang binasa karena sikap diamnya. Ini menggambarkan bahwa menjaga diri dari berbicara dalam situasi yang bisa berisiko lebih baik daripada membiarkan kata-kata berbicara tanpa kendali. Dalam banyak kasus, ketika kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup atau kita tidak yakin tentang suatu masalah, diam adalah pilihan yang lebih aman daripada berkomentar sembarangan.

Ibnu Hazm rahimahullah mengajarkan kepada kita untuk memahami kebijakan bijak dalam berbicara. Menjaga lisan adalah langkah pertama dalam menjaga keselamatan dan meminimalkan kerugian yang mungkin timbul dari kata-kata kita. Allahu a’lam

Abu Ubay Afa

“Perbanyaklah kalian mengingat kepada sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut.” (HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

  • نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَمْتَشِطَ أَحَدُنَا كُلَّ يَوْمٍ أَوْ يَبُولَ فِي مُغْتَسَلِهِ “Rasulullah shallallahu alaihi...
  • Dalam ajaran agama Islam, memuliakan dan menghormati orang lain termasuk dalam ajaran yang sangat dijunjung tinggi. Hal ini sejalan...
  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, لا تكره شيئًا اختاره الله قد يختار الله شيئًا فيه مصلحة عظيمة...
  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, وَطَالِبُ الرِّئَاسَةِ – وَلَوْ بِالْبَاطِلِ – تُرْضِيهِ الْكَلِمَةُ الَّتِي فِيهَا تَعْظِيمُهُ وَإِنْ كَانَتْ...
  • Dalam ajaran Islam, ada dosa-dosa besar yang sangat berat dan sulit untuk dihapuskan. Salah satunya adalah ghibah, yang dijelaskan...
  • Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam rahimahullah menyatakan, “Khusyuk adalah ruh dan inti shalat. Banyak dan sedikitnya pahala shalat...

Kirim Pertanyaan