Menyembelih Kurban Sendiri

2 menit baca
Menyembelih Kurban Sendiri
Menyembelih Kurban Sendiri

Di antara ibadah agung yang disyariatkan dalam Islam adalah ibadah kurban. Ibadah ini bukan hanya sebatas menyembelih hewan semata, tetapi juga sebagai bentuk taqarrub ilallah—upaya seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Rabb-nya dengan ketaatan dan pengorbanan.

Dalam hal ini, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah memberikan penjelasan yang sangat penting. Beliau berkata,

الأفضل للإنسان أن يتولى ذبح الهدي بنفسه لإنه في عبادة يتقرب بها إلى الله
لا حرج عليه أن يوكل ثقة يتولى ذبحه وتوزيعه ولا يشترط مع ذلك أن يشاهد ذبحه.

Lebih utama bagi seseorang untuk menangani sendiri penyembelihan hewan kurbannya. Karena dia akan melakukan ibadah yang mendekatkan dirinya kepada Allah ta’ala.

Namun tidak masalah ia mewakilkan penyembelihan dan pembagiannya kepada orang yang terpercaya tidak dipersyaratkan baginya untuk menghadiri proses penyembelihannya. [Majmu’ul Fatawa 25-60]

Penyembelihan yang dilakukan sendiri adalah bentuk nyata dari pengorbanan. Ketika seseorang menyembelih dengan tangannya sendiri, ia merasakan langsung pengorbanan, pengabdian, dan ketundukannya kepada perintah Allah. Inilah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika diperintahkan menyembelih anaknya, dan dilanjutkan oleh Nabi Muhammad ﷺ saat beliau menyembelih hewan kurbannya sendiri.

Namun, tidak semua orang mampu atau siap secara fisik dan mental untuk menyembelih hewan. Dalam hal ini, Islam memberikan kemudahan.

Ini menunjukkan kelapangan syariat dan kemudahan Islam bagi umatnya. Yang terpenting adalah niat dan kesungguhan dalam menunaikan ibadah kurban. Bila seseorang merasa belum mampu menyembelih sendiri, ia boleh menyerahkan penyembelihan kepada panitia kurban atau ahli sembelih yang berilmu, amanah dan terpercaya.

Baik menyembelih sendiri maupun mewakilkan, tujuan akhirnya adalah mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghidupkan semangat taqwa, syukur, dan ketaatan dalam diri seorang muslim. Karena sesungguhnya, Allah Ta’ala tidak butuh daging dan darah dari hewan kurban tersebut. Allah berfirman:

يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya. [QS. Al-Hajj: 37]

Semoga ibadah kurban kita diterima dan menjadi pemberat amal kebaikan di sisi-Nya. Aamiin.

Abu Ammar Ahmad

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Lainnya

  • Al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah, seorang ulama ternama dalam dunia Islam, pernah menyampaikan sebuah pesan yang sangat berarti bagi para pencari...
  • Al-Hasan al-Bashri rahimahullah menyatakan, ما أطال عبد الأمل إلا أساء العمل “Tidaklah seorang hamba berpanjang angan-angan melainkan pasti amalannya...
  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan, فمن السّفه أن تأتي إلى قبر إنسان صار رميماً تدعوه وتعبده وهو...
  • Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan, وكل بلاد تضيع فيها الشريعة ولا تُقام فيها حدود الله يكثر فيها...
  • Seorang lelaki datang kepada imam Ahmad lantas dia mengatakan, ‘Mintalah kepada Fulan agar dia memenuhi keperluanku.’ Maka sang imam...
  • Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah berkata, ‏إخراجُ العُصاةِ من المعصية إلى البدعة، لا يُسمَّى هداية؛ فالبدعةُ شرٌّ من المعصية، والعاصي...

Kirim Pertanyaan