Musibah Sesungguhnya Adalah Musibah Yang Menimpa Agama |
Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan pandangan yang mendalam mengenai hakikat musibah. Beliau menegaskan bahwa musibah yang sejati adalah yang menimpa agama seseorang, bukan musibah duniawi. Dalam kitabnya Madarijus Salikin (2/322), beliau berkata,
“Setiap musibah selain musibah yang menimpa agama, maka anggaplah ringan musibah tersebut. Karena pada hakikatnya itu merupakan sebuah nikmat dan sebenar-benar musibah adalah musibah yang menimpa agama seseorang.”
Apa yang beliau sampaikan ini mengajak kita untuk merenungkan kembali apa yang sebenarnya penting dalam kehidupan kita. Dalam pandangan Ibnul Qayyim rahimahullah, segala bentuk musibah yang menimpa urusan duniawi, seperti kehilangan harta, sakit, atau bahkan kehilangan orang yang dicintai, masih ringan jika dibandingkan dengan musibah yang menimpa agama. Musibah duniawi, meskipun bisa terasa sangat berat dan menyakitkan, sebenarnya adalah bentuk kasih sayang dan nikmat Allah Ta’ala yang mengandung sekian banyak hikmah jika dihadapi dengan kesabaran. Di antaranya sebagai pelebur dosa, ladang pahala jika sabar dalam menghadapinya dan akan menaikkan derajat di sisi Allah Ta’ala.
Namun musibah yang menimpa agama, seperti tergelincir dari jalan kebenaran, melakukan dosa besar, atau berpaling dari perintah Allah, melakukan kemaksiatan adalah musibah yang paling berat dan merugikan. Dia akan semakin jauh dari Allah Ta’ala dan dimurkai oleh-Nya. Dampak musibah tersebut tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat. Musibah agama dapat merusak hubungan seorang hamba dengan Allah, yang merupakan hal terpenting dalam kehidupan seorang muslim.
Pandangan ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga keimanan dan ketakwaan kita di atas segala hal. Ketika musibah dunia datang, kita diajarkan untuk bersabar dan memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sambil tetap menjaga komitmen kita terhadap ajaran agama Islam. Dengan demikian, musibah dunia menjadi jalan untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagai Muslim, kita harus selalu waspada terhadap musibah yang dapat menimpa agama kita. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam doanya memohon agar musibah tidak menimpa agama beliau. Beliau memohon dalam doanya
“Ya Allah janganlah Engkau jadikan musibah kami menimpa agama kami.”
Maka wajib untuk senantiasa menjaga ketakwaan kepada Allah Ta’ala dimanapun berada dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya yang wajib dan Sunnah serta berusaha menjauhi dosa dan maksiat, serta terus-menerus memohon ampunan dan bimbingan dari Allah Ta’ala adalah upaya untuk menjaga keistiqomahan kita di atas Islam hingga akhir hayat.
Musibah yang menimpa agama adalah yang paling perlu kita waspadai dan hindari, sementara musibah duniawi harus kita hadapi dengan kesabaran dan keimanan karena itu adalah keniscayaan yang tidak terelakkan dalam kehidupan dunia ini. Dengan demikian, kita bisa menjalani kehidupan ini dengan lebih tenang dan terarah, selalu mengutamakan kepentingan akhirat di atas urusan dunia. Allahu a’lam