Mendapatkan Kecukupan Setelah Nikah

2 menit baca
Mendapatkan Kecukupan Setelah Nikah
Mendapatkan Kecukupan Setelah Nikah

Menikah adalah salah satu langkah penting dalam hidup manusia. Selain menjadi sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pernikahan juga membawa manfaat besar dalam menjalani kehidupan. Syaikh Amin asy-Syinqithi rahimahullah, seorang ulama terkemuka, dalam perkataannya menyampaikan pemahaman mendalam mengenai arti sebenarnya dari mendapatkan kecukupan setelah menikah.

Dalam perkataan beliau,

المُتزوج الّذي وعده الله بالغِنى هو الّذي يُريد بتزويجه: الإعانة على طاعة الله، بِغَض البصر وحفظ الفَرْج.

“Orang yang menikah lantas dijanjikan kecukupan oleh Allah Ta’ala adalah seseorang yang meniatkan dengan pernikahannya sebagai pendukung ketaatannya kepada Allah Ta’ala dengan menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.” [Adhwaul Bayan 5/531].

Ini merupakan pandangan yang penuh hikmah yang mengajarkan pentingnya menikah bukan hanya untuk memenuhi hasrat duniawi, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Syaikh Amin asy-Syinqithi mengingatkan kita bahwa tujuan utama menikah bukanlah semata-mata untuk memuaskan keinginan jasmani, melainkan untuk membantu individu dalam mengendalikan hawa nafsu dan menahan diri dari perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah Ta’ala. Pandangan yang ditundukkan dan kemaluan yang dijaga adalah dua aspek penting dalam ketaatan kepada Allah. Melalui pernikahan, seseorang diberi kesempatan untuk mengalihkan pandangan dari yang haram dan menjaga diri dari dosa-dosa besar.

Melalui perkataan Syaikh Amin asy-Syinqithi ini, kita diajak untuk merenungkan makna yang mendalam di balik pernikahan. Pernikahan yang didasari oleh niat tulus nan ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah akan membawa berkah dan kecukupan dalam hidup. Ini adalah panggilan untuk menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk menjalani kehidupan yang lebih taat, penuh pengendalian diri dan peribadatan Allah Ta’ala. Allahu a’lam

Abu Ubay Afa

“Perbanyaklah kalian mengingat kepada sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut.” (HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

  • Umar bin Abdul Aziz rahimahullah menegaskan, إن الله تعالى لا يُعذّبُ العامة بذنب الخاصّة ولكن إذا عُمِل المُنكرُ جهارًا،...
  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, النفس الشريفة العَلِيَّة لا ترضى بالظلم ولا بالفواحش ولا بالسرقة والخيانة لأنها أكبر من...
  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, ﻻ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﺃﺫﻯ اﻟﻌﺎﺋﻦ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﺅﻳﺔ ﻭاﻟﻤﺸﺎﻫﺪﺓ ﺑﻞ ﺇﺫا ﻭﺻﻒ ﻟﻪ اﻟﺸﻲء اﻟﻐﺎﺋﺐ ﻋﻨﻪ...
  • Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan, • ونقول لمن يقول بذلك إن كنت سنيا و متبعا لرسول الله...
  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “فإن ما مضى لايدفع بالحزن بل بالرضى والحمد والصبر و الإيمان بالقدر” “Sesungguhnya apa...
  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, فَأَطْيَبُ مَا فِي الدُّنْيَا مَعْرِفَتُهُ، وَأَطْيَبُ مَا فِي الْآخِرَةِ النَّظَرُ إلَيْهِ سُبْحَانَهُ. “Kelezatan...

Kirim Pertanyaan