Mulia Tanpa Hutang

2 menit baca
Mulia Tanpa Hutang
Mulia Tanpa Hutang

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah memberikan sebuah nasehat yang penting tentang makna sebenarnya dari kemuliaan tanpa hutang. Beliau dengan tegas menyatakan bahwa seseorang yang tidak menanggung hutang adalah orang yang benar-benar mulia. Sebaliknya, mereka yang terjerat dalam hutang berada dalam kehinaan hina. beliau rahimahullah mengatakan,

فمن لا دين عليه هو العزيز ومن عليه دين فهو الذليل؛ لأنه في يوم من الأيام قد يطالبه الدائن ويحبسه، وما أكثر المحبوسين الآن في السجون بسبب الديون التي عليهم

“Seseorang yang tidak menanggung hutang maka dia mulia. Dan siapa saja yang menanggung hutang, maka dia hina. Karena suatu hari nanti boleh jadi pemberi pinjaman hutang akan menuntut dan menahannya.
Betapa banyak orang yang ditahan sekarang ini di penjara disebabkan karena hutang yang mereka tanggung.” [Al-Liqaa as-Syahri 9]

Dalam ungkapannya yang bijak, beliau mengarahkan perhatian kita pada realitas pahit terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa suatu hari nanti, pemberi pinjaman berhak untuk menuntut orang yang berhutang. Hal ini mengingatkan kita betapa banyaknya orang yang saat ini terjebak dalam jerat hutang, bahkan sampai pada titik di mana mereka harus merasakan dinginnya sel penjara.

Pesan beliau rahimahullah sangat relevan dalam masyarakat modern yang seringkali terperangkap utang. Banyak yang mengorbankan martabat dan kemuliaan mereka hanya demi memenuhi tuntutan pembayaran hutang yang terus bertambah. Padahal mereka berhutang bukan untuk keperluan yang penting. Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka terjebak dalam praktek ribawi.

Namun, apakah benar kemerdekaan dan kemuliaan bisa diukur dari jumlah harta yang dimiliki atau hutang yang berhasil dilunasi? Syaikh al-Utsaimin rahimahullah mengajarkan kepada kita bahwa kemuliaan sejati terletak pada kebebasan dari beban hutang yang membelenggu, dan keberhasilan untuk hidup dengan penuh martabat dan tanpa ketergantungan pada orang lain.

Dalam sebuah zaman di mana budaya konsumtif dan pembiayaan berbasis hutang menjadi budaya, pesan beliau menjadi semakin penting. Kita diajak untuk merenungkan kembali nilai-nilai sejati dalam bimbingan agama Islam.

Hidup tanpa hutang bukan hanya sekedar sebuah ketenangan, namun juga merupakan langkah menuju kehidupan yang lebih mulia. Allahu a’lam

Abu Abdillah Dendi

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Lainnya

  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, النفس الشريفة العَلِيَّة لا ترضى بالظلم ولا بالفواحش ولا بالسرقة والخيانة لأنها أكبر من...
  • Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah menjelaskan, ذلك من فجر يوم عرفة إلى آخر اليوم الثالث من أيام التشريق ويسمى بالتكبير...
  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya jika seorang hamba bersungguh sungguh (dalam beribadah) betapa pun kesungguhannya, tetap saja...
  • Al-‘Allamah Shalih Al Fauzan حفظه الله mengatakan, • لا يعرف قيمة الصحّة إلاّ من ذاق المرض، ولا يعرف قيمة...
  • Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terfokus pada sedekah dalam bentuk materi, seperti memberikan uang atau barang kepada yang membutuhkan....
  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, النعم ثلاث ‏نعمة حاصلة يعلم بها العبد ‏و نعمة منتظرة يرجوها ‏و نعمة و...

Kirim Pertanyaan