Akibat Diam dan Tidak Menyampaikan Kebenaran |
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita dihadapkan pada situasi di mana kita mengetahui apa yang benar, tetapi kita memilih untuk diam atau tidak menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Ada peringatan yang kuat dari Imam Ibnul Qayyim rahimahullah perihal di atas. Beliau mengingatkan kita tentang konsekuensi dari sikap ini.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
Apabila ucapan yang bathil telah bersanding dengan sikap diam dari upaya untuk menjelaskan kebenaran, akan terlahir dari keduanya kebodohan terhadap kebenaran dan penyesatan terhadap manusia. [As-Showaa’iqul Mursalah 1/513]
Apa yang dimaksud dengan “ucapan yang bathil”? Ini adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran atau ajaran Islam. Ini bisa berupa kedustaan, penyebaran tuduhan palsu, atau bahkan hanya menghindari kebenaran yang semestinya kita sampaikan .
Ketika kita memilih untuk diam padahal kita tahu bahwa sesuatu adalah salah atau tidak benar, maka tidak ada upaya untuk menegakkan amar makruf dan nahi mungkar.
Selain itu, ketika kita tidak menyampaikan kebenaran kepada orang lain, kita juga dapat menjadi penyebab penyesatan terhadap mereka. Karena mereka akan menyangka bahwa kebatilan tersebut sebagai kebenaran.
Dalam Islam, konsep ini telah dituntunkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Beliau bersabda,
Siapa yang melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman. [HR. Muslim]
Mari kita ambil pelajaran dari peringatan Imam Ibnul Qayyim ini. Kita harus aktif dalam menyampaikan kebenaran dan membantah kebatilan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita masing-masing.
Allahu A’lam.