Bersama Mewujudkan Pemuda Pejuang |
Pemuda adalah tulang punggung suatu bangsa, ketika para orang tua sudah mulai berkurang aktivitasnya dan lebih fokus di masa tuanya untuk mengais bekal sebanyak-banyaknya untuk menghadap Allah Ta’ala, maka para pemudalah yang kini menjadi harapan untuk melanjutkan perjuangan membela agama, bangsa dan negara.
Fenomena ini menuntut para pemuda agar berjuang semaksimal mungkin untuk mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari ketakwaan yang kokoh, ketulusan niat, wawasan yang luas, dan kekuatan fisik yang memadai untuk berkhidmat terhadap agama dan negara. Itulah tugas sejati para pemuda. Membela agama dan mengharumkan nama bangsa, bukan justru sebaliknya membuat buruk citra agama dan menjadi beban untuk bangsa. Pemuda seharusnya bisa mendukung terciptanya situasi yang aman lagi sentosa di sekitarnya dan membawa keberkahan di manapun dia berada.
Allah Ta’ala berfirman tentang nabi Isa alaihis salam
“Dan Allah telah menjadikanku berbarokah dimanapun aku berada.” QS. Maryam : 31
Agama ini akan tegak dengan mereka yang menyimpan warisan Nabinya dalam dada, mengaplikasikannya dalam kesehariannya, dan menebar warisan tersebut kepada sesama serta tabah dalam memperjuangkan warisan tersebut agar tetap eksis di tengah umat meskipun berbagai gangguan menghadang.
Untuk mewujudkan pemuda yang tangguh memerlukan ta’awun (kerjasama) dari semua pihak dan peran utama dipegang oleh kedua orang tuanya. Karena keduanya adalah madrasah pertama kali bagi para pemuda. Terlebih di usia emas (golden ages) yang merupakan fase penting dalam dunia pendidikan. Golden ages adalah tahapan yang sangat menentukan untuk fragmen-fragmen selanjutnya dalam kehidupan generasi muda. Ibnul Qayyim telah menguraikan kiat-kiatnya dalam bukunya Tuhfah Al-Maudud bi Ahkam Al-Maulud. Jika orang tua sukses mendampingi mereka di masa ini, maka tahapan-tahapan setelahnya akan lebih mudah.
Kemudian, pihak sekolah juga memegang peran yang tak kalah besar dari orang tua kandungnya, mereka layaknya adalah orang tua kedua bagi para pemuda. Tidak cukup hanya sekedar menyampaikan materi di kelas saja, namun juga perlu memberikan teladan yang baik di luar kelas. Pihak sekolah dituntut untuk membimbing generasi penerus dengan ilmu, akhlak mulia, dan akidah yang benar.
Teringat dengan Umar bin Al-Khaththab, dalam kedinginan malam yang menusuk beliau senantiasa berpatroli di setiap sudut dan gang-gang kota. Untuk melihat dan memantau secara langsung keadaan rakyatnya. Ini sebagai manifestasi dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam
“Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal kepemimpinannya. Seorang hamba sahaya adalah pemelihara harta milik majikannya dan akan ditanya atas kepemimpinannya.
Dan kamu sekalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR.Muslim no. 6605, dari Ibnu Umar).
Hadis di atas sangat jelas menerangkan tentang kepemimpinan setiap muslim dalam berbagai posisi dan tingkatannya. Mulai dari tingkatan pemimpin rakyat sampai tingkatan pemimpin terhadap diri sendiri. Semua orang pasti memiliki tanggung jawab dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah subhanahu wa ta’ala atas kepemimpinannya kelak di akhirat.
Mufti agung kerajaan Saudi Arabia Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
Pemuda di bangsa manapun adalah pilar utama yang menciptakan komponen vital dalam mobilisasi dan kehidupan bangsa. Karena dari tangan merekalah muncul sumbang sih dan energi yang baru. Mayoritas umat tidak bisa bangkit kecuali melalui kerja keras pemudanya yang memiliki kesadaran dan spirit yang terus ter”upgrade”.
(Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 2/365)