Keterkaitan Antara Lisan Dengan Kalbu |
Dalam agama Islam, keterkaitan antara lisan (ucapan) dengan kalbu (hati) memiliki makna mendalam. Al-Hasan al-Bashri, seorang ulama terkemuka dari masa salaf, pernah menyatakan,
Tidak akan lurus amanahnya seseorang sampai lurus lisannya, dan tidak akan lurus lisannya sampai lurus kalbunya.
[Al-Adaabus Syar’iyyah 1/83]
Pernyataan ini menggambarkan pentingnya kejujuran dalam setiap ucapan dan tindakan kita. Jika lisan seseorang mengucapkan kebohongan atau perkataan yang tidak benar, maka dapat mencerminkan keadaan hati yang buruk, seperti niat yang tidak tulus atau perasaan iri hati.
Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hati yang baik agar lisan kita juga menjadi baik. Kebohongan atau fitnah yang dilontarkan melalui ucapan dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang lain, termasuk diri sendiri. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha menjaga lisan (ucapan) yang baik dengan hati yang bersih dan tulus.
Dalam konteks agama Islam, pengawasan atas lisan dan kalbu menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak yang mulia. Dengan membiasakan diri untuk selalu berkata benar dan jujur, serta menjaga hati dari amarah, dengki, dan sifat-sifat buruk lainnya, kita dapat mencapai kesucian dalam berbicara dan bertindak.
Begitu pentingnya keterkaitan antara lisan dan kalbu dalam pandangan Islam sehingga amal kebajikan seseorang ditentukan oleh keadaan hati dan ucapan yang keluar dari mulutnya. Oleh karena itu, mari selalu berusaha menjaga hati dan pikiran agar lisan kita selalu mengandung kebaikan dan kebenaran. Allahu a’lam