Larangan Mencela Penguasa |
Dalam agama Islam, terdapat prinsip yang kuat tentang larangan mencela penguasa. Prinsip ini dijunjung tinggi dalam ajaran agama untuk menjaga keharmonisan dan ketertiban dalam masyarakat. Abu Ishaq as-Sabi’i rahimahullah, seorang ulama terkemuka, menyampaikan pandangannya tentang hal ini dengan pernyataan yang memberikan pemahaman yang penting.
Abu Ishaq as-Sabi’i menyatakan sebagaimana disebutkan dalam kitab Mu’amalatul Hukkam fi dhouil Kitab was Sunnah 18
Tidaklah suatu kaum mencela penguasa mereka kecuali mereka akan terhalangi dari kebaikannya.
Pernyataan ini menekankan konsekuensi negatif dari mencela penguasa dalam konteks agama Islam.
Mencela penguasa dalam konteks ini mencakup berbicara negatif, menciptakan fitnah, atau mengecam penguasa secara terang-terangan. Islam mendorong umatnya untuk menjaga etika komunikasi yang baik, menghindari tindakan mencela yang merusak reputasi, dan memelihara keadilan sosial.
Namun, penting untuk memahami bahwa larangan mencela penguasa tidak berarti bahwa penguasa bebas dari kritik atau pertanggungjawaban. Islam memperbolehkan kritik yang konstruktif dan nasehat kepada penguasa yang bertujuan memperbaiki kondisi masyarakat. Kritik yang membangun dan mengedepankan kepentingan umat dianggap sebagai bentuk partisipasi aktif dalam membangun kebaikan.
Namun ingat, nasehat kepada penguasa hendaknya disampaikan secara rahasia dan tidak terang-terangan di hadapan khalayak ramai atau di atas podium. Demikian cara menasehati penguasa sebagaimana dituntunkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadisnya.
Allahu a’lam