Malu Kepada Orang yang Dikenal: tentang Kehormatan Diri

2 menit baca
Malu Kepada Orang yang Dikenal: tentang Kehormatan Diri
Malu Kepada Orang yang Dikenal: tentang Kehormatan Diri

Tubuhku bergetar ketika membaca kata-kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Saya terpukau dengan kebijaksanaannya yang penuh makna. Kutipan itu begitu sederhana, namun begitu dalam dan berkesan.

Rasa malu, menjadi penghalang seseorang dari melakukan perbuatan tercela. Inilah rasa malu yang terpuji. Namun, malu terkadang hanya berlaku ketika kita di hadapan orang yang dikenal. Ketika kita merasa tidak dikenal atau asing, rasa malu pun hilang. Seperti kata mutiara indah dari syaikhul islam ibnu Taimiyyah. Beliau mengatakan,

“فإن كثيرا من الناس يَمْنَعُهُ من مواقعة القبائح حياؤه ممَّنْ يعْرفه فإذا تَغَرَّب فعل ما يشتهيه!.”

“Sungguh sekian banyak orang tercegah dari berbagai perbuatan tercela karena rasa malunya kepada orang yang dia kenal. Namun jika dia merasa asing (tidak ada yang mengenalnya), maka dia pun (tidak malu) melakukan segala yang dia inginkan.” [Majmu’ul Fataawa 15/138]

Lantas, apa artinya rasa malu dalam kehidupan sehari-hari kita? Rasa malu adalah sebuah bentuk kehormatan diri yang harus dipupuk. Ketika kita merasa malu, kita secara tidak langsung menunjukkan penghargaan kita terhadap diri sendiri dan juga orang lain.

Dalam konteks masyarakat, rasa malu dapat menghambat kita dari melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Misalnya, kita tidak akan berbicara kasar atau mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan ketika di hadapan orang yang kita hormati.

Namun, jika kita merasa tidak dikenal, maka kita mungkin tidak akan memedulikan orang-orang di sekitar kita dan melakukan apa saja yang kita inginkan, meskipun itu merugikan orang lain.

Mari kita renungkan kata-kata Ibnu Taimiyah ini. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memperkuat rasa malu dalam diri kita, terutama ketika di hadapan orang yang kita kenal. Dengan melakukan itu, kita akan lebih memperkuat kehormatan diri kita dan juga menghormati orang lain.

Mari kita jadikan rasa malu sebagai kunci dalam menjaga diri dari perbuatan tercela dan menjadi orang yang lebih baik. Sungguh benar sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa rasa malu merupakan bagian dari iman.

Abu Ubay Afa

“Perbanyaklah kalian mengingat kepada sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut.” (HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

  • Abu Darda’ radhiyallahu’anhu menyatakan, ” مِنْ فِقْهِ الْمَرْءِ إِقْبَالُهُ عَلَى حَاجَتِهِ حَتَّى يُقْبِلَ عَلَى صَلَاتِهِ وَقَلْبُهُ فَارِغٌ.” “Di antara...
  • Ibnu Juzai rahimahullah menjelaskan, “استبعدوا أن تكون النبوة لبشر، فيا عجبا منهم إذ أثبتوا الربوبية لحجر.” “Orang-orang musyrik itu...
  • Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah berkata, فالدعاء من أعظم أنواع العبادة فمن دعا غير الله من الموتى و المقبورين و...
  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “والنفاق اذا عظم كان صاحبه شراً من كفار أهل الكتاب، وكان في الدرك...
  • Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “الدُّعَاء عبودية لله تَعَالَى وافتقار إِلَيْهِ، وتذلل بَين يَدَيْهِ، فَكلما كثره العَبْد وَطوله وَأَعَادَهُ، وأبداه وَنَوع...
  • Fadhiilatus Syaikh Al Allamah Zaid bin Muhammad bin Hadi Al madkhali rahimahullah, Kita semua sangat butuh mendengarkan nasihat, dan...

Kirim Pertanyaan