Seperti Mayat Hidup |
Bagaikan Mayat Hidup
Di masa lalu, terdapat seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu. Beliau adalah salah satu sahabat yang memiliki pemahaman mendalam tentang akhlak dan perilaku yang diperlukan dalam menjalani kehidupan Islam yang benar. Suatu ketika, Hudzaifah ditanya oleh seseorang, “Siapakah sebenarnya mayat hidup?”
Dalam pertanyaan tersebut, terkandung suatu makna yang dalam. Mayat hidup bukanlah sesuatu yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Namun, Hudzaifah bin Yaman memberikan jawaban yang menggambarkan makna yang terkandung di dalamnya.
Dengan bijak, Hudzaifah bin Yaman menjawab,
“Orang yang tidak mengingkari kemungkaran dengan tangannya, lisannya, dan tidak pula dengan kalbunya.” [Syu’abul Iman 6/96]. Pernyataan ini menyoroti pentingnya berperan aktif dalam mengingkari kemaksiatan dan kemungkaran yang ada di sekitar kita.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki keberanian untuk berdiri di sisi kebenaran, bahkan ketika itu sulit dilakukan. Ketidakpedulian terhadap kemungkaran tidak hanya akan merugikan orang lain saja, tetapi juga merugikan diri sendiri. Dalam keadaan seperti itu, kita berpotensi menjadi seperti “mayat hidup” yang tidak memiliki pengaruh apapun dalam masyarakat.
Sebagai umat Muslim, kita memiliki tanggung jawab moral untuk melawan segala bentuk kejahatan dan ketidakadilan yang ada di dunia ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kita harus mengambil peran aktif dalam merubah kondisi yang tidak adil dan mendorong perubahan positif.
Mengingkari kemungkaran dengan hati adalah kewajiban setiap individu muslim. Tidak boleh ridha dengan adanya kemungkaran. Apabila seseorang tidak mampu melakukan pengingkaran dengan tangan atau lisan, maka dia harus mengingkarinya dengan hati. Dan itulah selemah-lemahnya keimanan sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam