Membantah Ahli Bid’ah Lebih Mulia Dari Jihad |
Dalam ajaran Islam, jihad memiliki keutamaan yang sangat banyak dan luar biasa. Jihad tidak selalu identik dengan perang secara fisik melawan musuh-musuh Islam.
Di antara berbagai macam jihad yang syar’i, terdapat satu bentuk jihad yang utama dan mulia, yaitu membantah ahli bid’ah dan menjaga kemurnian ajaran Islam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan,
“Orang yang membantah ahli bid’ah adalah seorang mujahid. Sampai-sampai Yahya bin Yahya rahimahullah mengatakan, Membela Sunnah lebih utama daripada jihad.” Majmu’ul Fatawa 4/13
Secara bahasa, bid’ah berarti “hal baru” atau “inovasi”. Dalam konteks agama, pengertian bid’ah secara syar’i adalah membuat-buat perkara yang baru dalam Islam padahal tidak ada dasarnya dalam Al-Qur’an, Sunnah, atau apa yang diajarkan oleh para ulama terdahulu dari kalangan shahabat dan generasi setelahnya. Dalam hadis, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap perkara yang diada-adakan(dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” HR. Muslim
Bid’ah merupakan ancaman serius terhadap kemurnian agama Islam, karena dapat menyebabkan penyimpangan dari jalan yang benar. Oleh karena itu, membantah ahli bid’ah atau orang-orang yang menyebarkan ajaran bid’ah adalah bentuk jihad yang sangat penting nan mulia.
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa membantah ahli bid’ah merupakan salah satu bentuk jihad yang lebih mulia daripada jihad fisik. Mengapa demikian? Jihad fisik melawan orang-orang kafir bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun membantah ahli bid’ah tidak sembarang orang bisa melakukannya namun hanya bisa dilakukan oleh orang yang berilmu.
Dalam hal ini, Yahya bin Yahya rahimahullah mengatakan, “Membela Sunnah lebih utama daripada jihad.” Hal ini menunjukkan bahwa melindungi kemurnian ajaran Islam dari pengaruh bid’ah, adalah amalan yang sangat mulia melebihi kemuliaan berperang melawan musuh dari luar.
Bid’ah bisa merusak akidah dan menyebabkan kesesatan yang jauh lebih berbahaya daripada ancaman fisik. Orang yang menyebarkan bid’ah dapat memengaruhi banyak orang dan menyebabkan mereka tersesat dari jalan yang benar sehingga dapat menjerumuskan dalam kesengsaraan yang abadi.Peperangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam paling maksimalnya hanya akan menyebabkan kerugian fisik berupa kematian namun di akhirat kelak belum tentu akan sengsara.
Sepanjang sejarah, para ulama dari generasi ke generasi telah berperan penting dalam membantah ahli bid’ah dan meluruskan pemahaman umat. Mereka melakukannya melalui tulisan, pengajaran, dan fatwa yang bertujuan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
Ibnu Taimiyah rahimahullah sendiri adalah salah satu ulama yang sangat gigih dalam melawan bid’ah dan para pelakunya serta membela Sunnah. Melalui karya-karya besarnya, seperti Majmu’ul Fatawa, beliau memberikan dasar yang kuat untuk membantah berbagai penyimpangan dalam agama.
Ulama lainnya seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i, dan Imam Malik juga telah memberikan kontribusi besar dalam upaya membantah ajaran-ajaran bid’ah yang muncul pada zaman mereka. Mereka menyadari bahwa menjaga kemurnian agama lebih penting daripada sekadar melindungi umat dari ancaman fisik.
Membantah ahli bid’ah adalah tanggung jawab besar yang diemban oleh setiap muslim sesuai dengan kapasitasnya. Setiap muslim hendaknya memiliki peran dalam menjaga kemurnian agama. Setiap muslim harus belajar dan memahami ajaran Islam yang benar, mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman shahabat, serta menjauhi segala bentuk bid’ah.
Di era modern, penyebaran bid’ah semakin mudah melalui teknologi dan media sosial. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk waspada terhadap ajaran-ajaran yang tidak memiliki dasar yang jelas dalam agama. Membentengi diri dengan ilmu yang benar adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari pengaruh bid’ah dan membantahnya. Allahu a’lam