Membuat Sutrah Dalam Salat |
Dalam praktik keagamaan, Islam memberikan petunjuk yang terperinci tentang pelaksanaan salat, salah satu kewajiban utama umat Muslim. Salah satu aspek penting dalam salat adalah pemahaman tentang sutrah, yang merupakan penghalang yang diletakkan di depan orang yang sedang melakukan salat untuk mencegah orang lain lewat di depannya. Praktik ini diajarkan oleh sahabat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa, termasuk Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Anas bin Malik, seorang sahabat terkemuka dan penduduk Madinah, adalah salah satu orang yang sangat lama menghabiskan waktu bersama Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Abi Katsir rahimahullah, beliau berkisah,
“Aku pernah melihat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu masuk ke Masjidil Haram lantas beliau menancapkan sesuatu atau menyiapkan sesuatu (untuk sutrah¹) lalu beliau shalat menghadapnya.” [Thibaqat Ibni Sa’ad 7/18]
Penggunaan sutrah dalam salat memiliki dasar dalam ajaran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Beliau mengajarkan umat Muslim untuk menempatkan sutrah sebagai penghalang di depan mereka saat melaksanakan salat agar tidak terganggu oleh orang lain yang lewat di depan mereka. Sutrah dapat berupa benda apa pun yang menonjol untuk tujuan ini, seperti tongkat, tiang, meja atau benda lain yang bisa dijadikan sebagai sutrah.
Tujuan dari penempatan sutrah adalah untuk mendukung konsentrasi dan kekhusyu’an dalam menjalankan ibadah salat. Dengan adanya sutrah, seorang Muslim dapat mencegah orang yang mungkin akan lewat di depannya selama salat.
Sebagai umat Muslim, marilah kita mengikuti contoh sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dan berusaha membuat sutrah dalam salat tatkala salat sendirian. Adapun dalam salat berjamaah, maka sutrahnya imam adalah sutrahnya para makmum.