Memetik Buah Kebaikan Di Akhirat

2 menit baca
Memetik Buah Kebaikan Di Akhirat
Memetik Buah Kebaikan Di Akhirat

Di dalam ajaran Islam, kehidupan dunia diibaratkan sebagai ladang yang harus kita tanami dengan amal shalih. Setiap perbuatan baik yang kita lakukan di dunia ini adalah benih yang akan tumbuh dan berbuah di akhirat. Syaikh Zaid al-Madkhali rahimahullah, seorang ulama terkemuka, menekankan pentingnya menanam amal shalih di dunia agar kita dapat memetik buahnya yang matang di negeri pembalasan dan kekekalan yang tidak berujung. Beliau menyatakan,

“فيجب على العاقل أن يزرع في دنياه صالح العمل،كي يجني أينع الثمر في دار الجزاء والبقاء التي لا نهاية لها ولا انقطاع لنعيمها.”

“Orang yang berakal harus menanam amal shalih di dunia agar dia bisa memetik buahnya yang matang di negeri pembalasan dan kekekalan yang tidak berujung dan tiada terputus kenikmatannya.” [At-Ta’liqat al-Bahiyah 20].
Perkataan ini menggambarkan urgensi untuk melaksanakan amal shalih selama hidup di dunia, karena inilah yang akan sangat menentukan nasib kita di akhirat.

Menanam amal shalih berarti melakukan perbuatan baik yang sesuai dengan ajaran agama. Amal shalih mencakup segala aspek kehidupan, baik itu ibadah kepada Allah, hubungan dengan sesama manusia, maupun perlakuan terhadap makhluk lainnya. Setiap amal shalih yang kita lakukan dengan tulus dan ikhlas akan menjadi modal yang berharga di akhirat.

Amal shalih memiliki banyak manfaat di dunia dan akhirat. Di dunia, amal shalih akan membawa kebaikan dan berkah bagi diri kita sendiri, keluarga, dan masyarakat. Amal shalih juga menjadi wujud cinta dan ketaatan kita kepada Allah, yang akan mendekatkan kita kepada-Nya dan mendapatkan keridhaan-Nya.

Namun, manfaat sejati dari amal shalih akan kita rasakan di akhirat. Di sana, buah kebaikan yang kita tanam di dunia akan menjadi sumber kenikmatan yang tiada tanding. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji memberikan pahala yang berlimpah bagi setiap amal shalih yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Di negeri pembalasan dan kekekalan, kita akan menikmati hasil dari amal shalih kita dalam bentuk kenikmatan yang abadi.

Oleh karena itu, setiap orang yang berakal dan memahami hakikat hidup ini seharusnya menyadari bahwa menanam amal shalih di dunia adalah investasi terbaik untuk masa depan yang abadi. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita, namun amal shalih yang telah kita tanam akan menjadi bekal untuk menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada hari kiamat. Allahu a’lam

Abu Ubay Afa

“Perbanyaklah kalian mengingat kepada sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut.” (HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

  • Salam, sebuah kata yang terasa sederhana namun menyimpan keberkahan besar dalam ajaran Islam. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anas...
  • Al-Fudhail bin’Iyadh rahimahullah mengatakan, ” إذا أحب الله عبدًا أكثر غمه، ‏وإذا أبغض عبدًا وسّع عليه دنياه”. “Apabila Allah...
  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menegaskan, “لأهل البدع علامات، منها أنهم يتعصبون لآرائهم،فلا يرجعون إلى الحق وإن تبين...
  • Kisah yang mengejutkan ini bermula dari riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkisah, بينما رجل يسوق...
  • Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “اعلم أن العذاب والنعيم في القبر على عكس العذاب أو النعيم في...
  • Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahulloh, “Tidak mengapa seorang wanita menshalati jenazah. Sama saja apakah dia menshalatinya di...

Kirim Pertanyaan