2 Penyakit Yang Merusak Amal Shalih |
Dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim, amal shalih merupakan bagian yang sangat penting. Setiap individu berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan dengan harapan dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, ada dua penyakit berbahaya yang dapat merusak amal shalih. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
[الفَوَائـِد ١٥٢/١]
Tidak ada sesuatu yang lebih merusak amal shalih dari bangga diri dan melihat diri sendiri (memandang dirinya telah sempurna dalam amalnya). [Al Fawaid 1/152]
Pernyataan ini mengandung pelajaran yang mendalam mengenai pentingnya menjaga keikhlasan dan kerendahan hati dalam setiap amal shalih yang kita lakukan. Dua penyakit yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim, yakni bangga diri (ujub) dan melihat kesempurnaan sendiri, dapat menghapus pahala amal shalih yang telah dilakukan.
Bangga diri (ujub) adalah perasaan kagum terhadap diri sendiri dan amal yang telah dilakukan. Penyakit ini timbul ketika seseorang merasa bahwa amalnya telah banyak dan luar biasa, dan ia mulai menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain. Bangga diri sangat berbahaya karena secara tidak sadar ia menghilangkan unsur keikhlasan dalam amal. Amal shalih yang seharusnya dilakukan semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, malah tercemar oleh perasaan ingin dipuji atau dianggap baik oleh orang lain.
Penyakit bangga ini akan menyebabkan munculnya penyakit yang lebih berbahaya yaitu sombong. Berawal dari bangga diri kemudian seseorang merendahkan orang lain dan bahkan menolak kebenaran. Karena sombong sebagaimana didefinisikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Menolak kebenaran dan merendahkan manusia. [HR. Muslim]
Penyakit kedua yang merusak amal shalih adalah memandang dirinya telah sempurna dalam amalnya. Perasaan ini juga membawa kepada sifat sombong dan merasa lebih baik dari orang lain. Ketika seseorang merasa bahwa amalnya sudah sempurna, ia cenderung menganggap remeh dosa-dosa kecil, dan mengabaikan nasihat orang lain. Ia merasa cukup dengan apa yang telah dilakukannya, padahal dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu introspeksi diri dan terus memperbaiki amal hingga akhir hayat.
Semestinya kita senantiasa rendah hati dan merasa amal saleh kita masih sedikit serta banyak kekurangan, sehingga terpacu untuk terus berusaha ikhlas dan memperbanyak amal saleh. Seperti itulah keadaan para shahabat dan ulama setelahnya. Padahal ketakwaan mereka sudah mencapai level yang tinggi dan amal salehnya pun banyak namun mereka tetap rendah hati dan khawatir amalannya tidak diterima. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. [QS. Al-Mukminun : 60]
Imam Mujahid rahimahullah menjelaskan makna ayat ini
Ayat ini berkenaan dengan kondisi seorang mukmin yang menginfakkan hartanya namun kalbunya takut amalnya tidak akan diterima.
Sebagaimana nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah di atas, mari kita selalu berusaha untuk menjauhi ujub dan merasa cukup dengan amal yang telah dilakukan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dari dua penyakit hati ini, dan menjadikan amal-amal kita diterima di sisi-Nya. Aamiin