Paling Tidaknya Jangan Menyakiti Orang Lain |
Dalam interaksi sosial, Islam memberikan panduan yang penuh hikmah untuk menjaga hubungan antarsesama, salah satunya adalah ucapan bijak dari Yahya bin Mu’adz rahimahullah. Beliau mengatakan,
“Hendaknya bagian seorang mukmin terhadapmu adalah tiga perkara, Jika kamu belum bisa memberinya manfaat maka jangan merugikannya, jika kamu belum bisa membahagiakannya maka jangan membuatnya sedih dan jika kamu belum bisa memujinya maka janganlah kamu mencelanya.” Az-Zuhd war Raqaiq, 1/114
Islam menekankan pentingnya menjadi sumber kebaikan bagi orang lain. Namun, jika kondisi tidak memungkinkan untuk membantu, minimal seseorang harus menjaga diri agar tidak menyakiti orang lain baik dengan ucapan, perbuatan, atau tindakan yang merugikan. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Seorang Muslim adalah orang yang orang-orang lain selamat dari lisan dan tangannya.” HR. Bukhari dan Muslim
Perasaan adalah hal yang dihargai dalam Islam. Seseorang yang tidak dapat membawa kebahagiaan kepada orang lain tetap diwajibkan untuk tidak menambah beban kesedihan orang tersebut. Oleh sebab itu membahagiakan perasaan seorang muslim termasuk perkara yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Di antara amalan yang paling utama adalah memberikan kebahagiaan pada diri seorang mukmin, engkau membayarkan hutangnya, memenuhi kebutuhan (hidupnya), dan menghilangkan kesusahannya.” Disahihkan oleh Syaikh al-AlBani di dalam Shahihul Jami’ no : 5897
Kritik yang tidak membangun atau celaan hanya akan memperburuk hubungan antarsesama. Islam mengajarkan untuk menjaga kehormatan sesama Muslim dan meminimalkan potensi konflik. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” HR. Bukhari dan Muslim
Panduan ini relevan untuk setiap aspek kehidupan, baik dalam keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat. Jika setiap individu menerapkan prinsip ini, maka akan tercipta harmoni sosial dan lingkungan yang penuh kedamaian. Hal ini juga mencerminkan komitmen Islam terhadap nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan penghormatan terhadap sesama muslim.
Sebagai penutup, ucapan Yahya bin Mu’adz ini mengingatkan kita bahwa menjaga hubungan baik tidak harus dengan sesuatu yang besar. Cukup dengan menahan diri dari menyakiti orang lain, kita telah memenuhi salah satu kewajiban sosial sebagai seorang Muslim. Ini adalah wujud akhlak mulia yang menjadi salah satu pokok ajaran Islam. Wallahu a’lam.