Cinta Dunia Membuatmu Tersiksa |
Kecintaan terhadap dunia adalah salah satu penyebab utama keresahan dalam hati manusia. Sebaliknya, sikap zuhud atau tidak berlebihan dalam mencintai dunia memberikan ketenangan jiwa yang sejati.
Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata,
“Orang yang zuhud terhadap dunia kalbunya senantiasa tentram. Sedangkan orang yang cinta dunia kalbunya selalu tersiksa.” Juz’un fīhi ḥikāyah ‘an al-Syafi’i, karya al-Ājurrī, hal. 33
Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya atau hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan namun hakikat zuhud adalah hati tidak terikat pada dunia. Orang yang zuhud memandang dunia sebagai sarana menuju akhirat bukan tujuan utama hidup.
Sikap ini membuatnya tidak jatuh karena kehilangan harta, status, atau kenikmatan duniawi karena hatinya tidak bergantung pada hal-hal tersebut. Ia memanfaatkan dunia untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala tanpa berlebihan dalam keinginan atau ambisi materialistis.
Sebaliknya, cinta dunia membawa berbagai dampak negatif bagi hati manusia. Ketergantungan pada dunia menciptakan ketakutan akan kehilangan, kecemasan akan masa depan, dan rasa tidak pernah cukup. Dia pun kehilangan sifat qona’ah.
Ketika hati seseorang terikat dan terpaut pada dunia, ia akan merasa tersiksa oleh ambisi yang tak berujung dan kekecewaan yang terus mengintai. Orang yang cinta dunia cenderung lupa tujuan hidup sejatinya, yaitu untuk mengabdi kepada Allah Ta’ala dan mempersiapkan bekal akhirat.
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Al-Qur’an menyebutkan bahaya kecintaan yang berlebihan terhadap dunia dalam firman-Nya,
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga di antara kamu, serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan.” (QS. Al-Hadid: 20)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah penuh dengan harta, niscaya ia akan menginginkan lembah yang ketiga. Dan tidak akan memenuhi mulutnya kecuali tanah (kematian).” HR. Bukhari dan Muslim
Mengingat Allah secara terus-menerus membantu membersihkan hati dari kecintaan ambisi dunia. Zikir akan menguatkan hubungan dengan Allah Ta’ala sehingga hati tidak mudah tergoda oleh dunia.
Memahami bahwa dunia hanya sementara dan akhiratlah kehidupan yang kekal. Kesadaran ini mendorong seseorang untuk memprioritaskan akhirat di atas kepentingan duniawi. Mensyukuri nikmat yang ada dan merasa cukup dengan apa yang Allah Ta’ala berikan. Sikap qana’ah menghilangkan ambisi untuk memiliki lebih dari apa yang dibutuhkan.
Mengarahkan hati untuk mengejar keridhaan Allah Ta’ala melalui ibadah, sedekah, dan membantu sesama. Amal saleh menjadikan dunia sebagai alat untuk mendapatkan pahala, bukan tujuan hidup.
Pernyataan imam asy-Syafi’i rahimahullah menjadi pengingat bahwa ketenangan hati tidak berasal dari banyaknya harta atau tingginya kedudukan, melainkan dari sikap tidak terikat pada dunia. Dengan mengutamakan akhirat, hati akan senantiasa tentram dan jauh dari rasa tersiksa.
Mari kita jadikan zuhud sebagai prinsip hidup agar kebahagiaan sejati dapat diraih. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu menjaga hati dari godaan dunia dan menjadikan hidup sebagai perjalanan menuju keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. aamiin