Ditinggalkan Manusia Karena Keburukannya

2 menit baca
Ditinggalkan Manusia Karena Keburukannya
Ditinggalkan Manusia Karena Keburukannya

Hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu anha dan tercantum dalam kitab Shahih al-Bukhari memberikan kita pemahaman yang dalam tentang pentingnya menjaga perilaku dan hubungan sosial yang baik. Dalam hadis tersebut, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,

إنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَومَ القِيَامَةِ مَن تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ

“Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah Ta’ala pada hari kiamat kelak adalah seseorang yang ditinggalkan manusia karena takut keburukannya.” [HR. al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu anha]

Pernyataan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ini menyoroti konsekuensi dari perilaku yang buruk dan sikap yang negatif terhadap orang lain. Ketika seseorang memancarkan sifat-sifat yang merugikan, seperti kekasaran, keangkuhan, ketidakjujuran, atau kebencian, orang-orang di sekitarnya merasa terganggu dan merasa perlu menjaga jarak.

Pesannya sangat jelas: kita harus bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku kita. Allah Ta’ala tidak menyukai perilaku yang merugikan dan menjauhkan kita dari sesama manusia. Sebaliknya, Allah menyukai sikap yang baik, kasih sayang, kejujuran, dan pengampunan.

Dalam Islam, penting bagi setiap muslim untuk menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan baik terhadap sesama muslim. Kita harus berusaha membangun hubungan yang baik dengan sesama manusia, menjaga adab, menghormati orang lain, dan menjauhi perilaku yang menyakitkan hati. Sikap-sikap tersebut merupakan cerminan dari iman kita kepada Allah dan ketundukan kita kepada ajaran-Nya.

Selain itu, hadis ini juga mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang introspektif. Sebelum menilai orang lain, kita perlu melihat ke dalam diri kita sendiri dan memperbaiki kekurangan yang ada. Setiap individu memiliki kelemahan, tetapi ketika kita sadar akan keburukan kita dan berusaha untuk memperbaikinya, Allah akan membantu dan meridhai usaha kita.

Mengingat pesan dalam hadis ini, kita sebagai umat Muslim perlu terus berusaha untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat dan memperbaiki diri kita sendiri. Kita harus berusaha menjauhkan diri dari perilaku yang buruk dan merugikan, serta berkomitmen untuk berbuat baik kepada sesama manusia. Dengan melakukannya, kita akan menciptakan lingkungan yang penuh dengan kasih sayang, perdamaian, dan kebaikan.

Dalam rangka mencapai kebaikan tersebut, kita harus belajar dari ajaran-ajaran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan mengambil contoh dari kehidupan beliau yang penuh dengan kasih sayang, kebaikan, dan kesabaran. Hanya dengan mengikuti jejak Rasulullah shallallahu alaihi wa, kita dapat menghindari keburukan dan kejelekan di dunia maupun akhirat.

Beliau lah suri tauladan terbaik baik kita semua,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Abu Ubay Afa

“Perbanyaklah kalian mengingat kepada sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu maut.” (HR. At-Tirmidzi)

Lainnya

Kirim Pertanyaan