Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi

2 menit baca
Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi
Asal Muasal Perayaan Maulid Nabi

Perayaan Maulid Nabi Muhammad ﷺ menjadi tradisi yang dikenal oleh banyak umat Islam di berbagai belahan dunia. Namun pertanyaannya adalah, apakah perayaan ini memang berasal dari ajaran Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya radhiyallahu anhum ajmain? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu menelusuri sejarah asal usul perayaan ini.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan bahwa perayaan Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir pada abad keempat Hijriyah. Beliau mengatakan,

أوّل من أحدثها الفاطميون في مصر في القرن الرابع الهجري

“Yang pertama kali mengada-adakan perayaan maulid Nabi adalah orang-orang Fathimiyun di Mesir pada abad ke empat Hijriyah.” [Liqa’ al-Bab al-Maftuh 210]

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa perayaan Maulid Nabi bukanlah bagian dari ajaran Islam yang asli, melainkan merupakan inovasi (bid’ah) yang diadakan beberapa abad setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.

Dinasti Fathimiyah merupakan kekhalifahan Syiah yang berkuasa di Mesir pada abad keempat Hijriyah. Pada masa kekuasaannya, mereka memperkenalkan banyak tradisi baru, termasuk di antaranya adalah perayaan Maulid Nabi. Mereka membuat-buat tradisi baru yang tidak ada tuntunannya dalam Islam.

Meskipun demikian, perayaan ini kemudian menyebar luas ke berbagai wilayah kaum muslimin. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak umat Islam yang mulai merayakan Maulid Nabi dengan anggapan bahwa hal ini adalah bentuk kecintaan dan penghormatan kepada Rasulullah ﷺ.

Padahal perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah, karena tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ, para sahabat, atau generasi setelahnya merayakan hari kelahiran beliau. Para ulama zaman dulu maupun sekarang menyatakan bahwa perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah yang tidak ada landasannya dalam Islam. Di antara mereka adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahumullah. Mereka berpendapat bahwa seharusnya umat Islam mengikuti sunnah dan ajaran Rasulullah ﷺ. Itulah bukti cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mempelajari Sunnah beliau, mengamalkan dan mendakwahkannya.

Tidak ada seorang sahabatpun yang melakukan perayaan maulid nabi tersebut. Seandainya itu bagian dari ajaran Islam tentu sudah diamalkan oleh para shahabat. Karena mereka adalah orang-orang yang paling mencintai dan semangat dalam mengamalkan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Allahu a’lam

Abu Abdillah Dendi

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Lainnya

  • Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan, المؤمن إذا امتُحن صبر واتعظ واستغفر ولم يتشاغل بذم من انتقم منه، فالله حَكَمٌ مقسط...
  • Syaik Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, أما صيام الست فلا يصح أن تجعلها عن قضاء رمضان؛ لأن أيام الست...
  • Kewajiban ini merupakan pondasi yang menjadi penentu diterima atau tidaknya amalan seorang hamba. Tanpanya berbagai amalan seorang hamba bagaikan...
  • Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan, “لَا أعلَمُ شَيئًا مُعَيَّنًا لِاستِقبَالِ رَمضَان،سِوَى أن يَستَقبِلهُ المُسلِم بالفَرحِ والسُّرُورِ والاغتِبَاطِ...
  • Al-Husain bin al-Fadhl rahimahullah menyatakan, جمع الله الشرور في هذه السورة وختمها بالحسد ليعلم أنه أخس الطبائع “Allah Ta’ala...
  • Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah berkata, مَن تَمَسَّك بالسُّنَّة سَيَلقى عَنَتاً وتعباً واحتقاراً وازدراء،أو تهديد من الناس، لكن عليه أن...

Kirim Pertanyaan