Bahaya Ahli Bid’ah |
Mufadhdhal bin Muhalhal rahimahullah menyatakan,
“لَوْ كَانَ صَاحِبُ الْبِدْعَةِ إِذَا جَلَسْتَ إِلَيْهِ يُحَدِّثُكَ بِبِدْعَتِهِ حَذَرْتَهُ , وَفَرَرْتَ مِنْهُ ,وَلَكِنَّهُ يُحَدِّثُكَ بِأَحَادِيثِ السُّنَّةِ فِي بُدُوِّ مَجْلِسِهِ ,ثُمَّ يُدْخِلُ عَلَيْكَ بِدْعَتَهُ , فَلَعَلَّهَا تَلْزَمُ قَلْبَكَ ,فَمَتَى تَخْرُجُ مِنْ قَلْبِكَ؟!.”
“Seandainya anda duduk bersama pelaku bid’ah lantas dia menyampaikan kebid’ahannya kepada anda, tentu anda akan dapat mewaspadainya dan lari darinya.
Akan tetapi seorang pelaku bid’ah akan menyampaikan hadits-hadits Sunnah kepada anda di awal majlisnya lalu setelah itu memasukkan kebid’ahannya kepada anda. Maka barangkali kebid’ahan itu akan menetap dalam kalbu anda, lalu kapan kebid’ahan itu akan keluar dari kalbu anda?!.”
[Al-Ibanah al-Kubra 2/444]