Manusia Bukan Barometer Kebenaran |
Dalam hidup ini, kita seringkali dihadapkan pada pilihan antara mengikuti kehendak manusia atau mengikuti kebenaran syariat. Tidak jarang, kita dipaksa untuk menimbang mana yang lebih penting: apakah meraih keridhoan manusia atau berpegang teguh pada kebenaran yang diwariskan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan,
“Hendaknya seorang hamba melihat kepada kebenaran syariat dan menimbang (benar dan salahnya) manusia dengannya.
Dan jangan menimbang kebenaran dengan manusia sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak berilmu dan tidak berakal.” Taisir al-Karimir Rahman 775
Dari kutipan dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, kita diajak untuk memandang persoalan ini dengan sudut pandang yang lebih bijak. Kita harus melihat kebenaran syariat sebagai patokan yang harus dipegang teguh, kemudian menimbang perilaku manusia itu apakah sesuai dengan kebenaran syariat atau malah menyimpang darinya.
Janganlah kita terjebak dalam kesalahan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak berakal, yang menimbang kebenaran dengan ukuran manusia semata. Sebab, manusia yang dijadikan ukuran bisa saja salah dan terjebak dalam kesesatan. Oleh karena itu, kita harus selalu memandang kebenaran syariat sebagai sumber kebenaran yang mutlak, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Mari kita mengambil pelajaran dan memperkuat tekad untuk selalu mengikuti kebenaran syariat dalam setiap langkah kehidupan kita. Sebab, hanya dengan mengikuti kebenaran itu, kita akan mampu mencapai kebahagiaan sejati dan keselamatan abadi di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.