Meraih Cinta Dengan Takwa |
Zaid bin Aslam rahimahullah pernah menyampaikan kata-kata yang penuh makna,
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka orang-orang akan mencintainya walaupun sebelumnya mereka membencinya.”
Ungkapan ini mencerminkan konsep yang dalam tentang takwa dan dampak positifnya dalam hubungan terhadap sesama.
Takwa, dalam konteks Islam, bukan hanya sekadar ketaatan terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya, tetapi juga penerimaan dan pelaksanaan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Zaid bin Aslam dengan bijak mengaitkan takwa dengan dampak muamalah terhadap sesama. Beliau menyampaikan bahwa keberlanjutan praktik takwa dapat mengubah persepsi orang terhadap individu tersebut.
Pernyataan Zaid bin Aslam mencerminkan bahwa takwa bukan hanya tentang ibadah pribadi, melainkan juga memengaruhi interaksi sosial. Orang yang bertakwa akan menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang, kejujuran, dan keadilan. Sikap tawakal dan kesabaran yang merupakan bagian dari takwa akan menjadikan seseorang pribadi yang menyenangkan untuk dalam berinteraksi dengan sesama.
Dalam perspektif ini, cinta yang diperoleh oleh individu yang bertakwa bukanlah hasil dari penampilan atau popularitas, melainkan bersumber dari ketakwaan kalbu dan akhlak yang melekat pada dirinya. Orang-orang yang awalnya mungkin membenci atau meragukan, akan melihat kejujuran dan dedikasi dalam tindakan sehari-hari, yang kemudian menjadi dasar cinta dan penghargaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan kalbu kaum mukminin mencintainya. Allahu a’lam