Apa Itu Istidraj |
Istidraj berasal dari kata “daraja” yang berarti “meningkat” atau “bertahap.” Dalam konteks pengertian syariat, istidraj adalah suatu kondisi di mana Allah Ta’ala memberikan kenikmatan dan keberhasilan duniawi kepada orang yang senantiasa berbuat dosa dan kemaksiatan sebagai bentuk istidraj, yaitu penundaan hukuman agar dosa mereka bertambah dan akhirnya menerima azab yang lebih berat di akhirat. Fenomena ini sering kali disalahpahami sebagai tanda keberkahan, padahal sejatinya adalah bentuk penundaan azab dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akhirnya akan menjerumuskan orang tersebut ke dalam hukuman yang lebih besar.
Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Jika engkau melihat Allah memberikan nikmat duniawi kepada seorang hamba dalam keadaan dia bermaksiat kepada-Nya, maka tiada lain itu adalah istidraj. [HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 561]
Hadits ini menunjukkan bahwa nikmat duniawi yang diberikan kepada orang yang bermaksiat bukanlah tanda kasih sayang atau keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan itu adalah sebuah istidraj.
Istidraj sangat berbahaya karena membuat seseorang terlena dengan nikmat, merasa aman dan semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka yang terkena istidraj tidak menyadari bahwa nikmat yang mereka terima adalah bentuk penundaan azab (siksaan). Pada akhirnya, mereka akan mendapatkan hukuman yang lebih berat karena kelalaian dan kesombongan mereka.
Sebagai Muslim, penting untuk selalu waspada terhadap tanda-tanda istidraj dan berusaha untuk tetap berada di jalan yang diridhai Allah Ta’ala dengan selalu bertobat, bersyukur atas segala nikmat-Nya dan menjaga ibadah yang wajib maupun sunnah. Allahu a’lam